Rabu, 29 Maret 2017

Tugas fonologi kelompok 6

                             FONOLOGI
                   FONEM DAN ALOFON
                        Dosen Pengampu :
                       Noor Cahaya, M.Pd



Disusun oleh:
Kelompok 6
Monalisa (1610116220007)
Nia Riski (1610116220012)
Rizky Aulianor (1610116220023)
Uswatun Hasanah       (1610116220026)
Patmawati Dewi (1610116120013)
Siti Zahra (1610116120016)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
TAHUN AJARAN 2016 / 2017
KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah FONOLOGI BAHASA INDONESIA yang berjudul “FONEM DAN ALOFON” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari fonem dan alofon serta macam-macam alofon.
Makalah ini kami susun berdasarkan data-data yang kami peroleh dari media elektronik yaitu internet dan juga buku-buku yang berhubungan dengan materi tersebut.
Kami menyadari bahwa makalah yang ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya. Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semuanya.




                           Banjarmasin,  23 Maret 2017



II.1  Fonem
Fonem adalah bunyi terkecil suatu bahasa yang dapat membedakan makna kata. Bagaimana kita tahu sebuah bunyi adalah fonem atau bukan fonem. Banyak cara dan prosedur telah dikemukakan berbagai pakar. Namun, intinya adalah kalau kita ingin mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus mencari yang disebut pasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda. Umpamanya kita ingin mengetahui bunyi [p] fonem atau bukan, maka kita cari, misalnya, pasangan pada paku dan baku. Kedua kata ini mirip sekali. Masing-masing terdiri dari empat buah bunyi. Kata paku terdiri dari bunyi [p], [a], [k], dan bunyi [u]; sedangkan kata baku terdiri dari bunyi [b], [a], [k], dan [u]. Jadi, pada pasangan paku dan baku terdapat tiga buah bunyi yang sama, yaitu bunyi kedua, ketiga, dan keempat. Yang bedanya bunyti pertama, yaitu bunyi [p] pada paku dan bunyi [b] pada baku.


p

a

k

u


b

a

k

u


Dengan demikian kita sudah dapat membuktikan bahwa bunyi [p] dalam bahasa Indonesia adalah sebuah fonem. Mengapa? Karena kalau posisinya diganti oleh bunyi [b], maka maknanya akan berbeda. Sebagai sebuah fonem, bunyi [p] itu ditulis di antara dua garis miring menjadi /p/.
Apakah bunyi [b] pada pasangan kata paku dan baku itu juga sebuah fonem? Dengan sendirinya, bunyi [b] itu juga adalah sebuah fonem, karena kalau posisinya diganti oleh bunyi [p] atau bunyi [l] menjadi laku, maknanya juga akan berbeda.

2
Untuk membuktikan sebuah bunyi adalah fonem atau bukan dapat juga digunakan pasangan minimal yang salah satu anggotanya “rumpang”. Artinya, jumlah bunyi pada anggota pasangan yang rumpang itu kekurangan satu bunyi dari anggota yang utuh. Misalnya, untuk membuktikan bunyi [h] adalah fonem atau bukan fonem kita dapat mengambil pasangan [tuah] dan [tua]. Bentuk [tuah] memiliki empat buah bunyi, sedangkan bentuk [tua] hanya memiliki tiga buah bunyi. Maka kalau bunyi [h] itu ditanggalkan, makna kata itu akan berbeda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bunyi [h] adalah sebuah fonem /h/.


t

u

a

h


t

u

a

-


Dengan cara seperti itu, kita dapat juga membuktikan bahwa bunyi [i] juga adalah fonem /i/ karena ada pasangan minimal [kӘlas] dan [kӘlasi] dimana [kӘlas] memiliki lima buah bunyi sedangkan [kӘlasi] memiliki enam buah bunyi. Simak bagan berikut:


k

Ә

l

a

s

-


k

Ә

l

a

s

i


Memang ada kemungkinan kita sukar mencari pasangan minimal untuk membuktikan sebuah bunyi adalah sebuah fonem atau bukan. Dalam hal ini kiranya petunjuk yang diajukan Samsuri (1983) dapat dipedomani. Periksa Samsuri (1983).
3
II.2 Alofon
Alofon adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata. Alofon adalah bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari fonem. Pendistribusian alofon terbagi menjadi duayakni bersifat komplementer dan bersifat bebas. Yang disebut bersifat komplementer adalah distribusi saling melengkapi distribusi yang tidak dapat dipisahkan meskipun dipisahkan juga tidak akan menimbulkan perubahan makna. Yang dimaksud bersifat pendistribusian bebas adalah alofon-alofon itu dapat digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu. Kalau diperhatikan bahwa alofon merupakan realisasi dari fonem maka dapat dikatakan bahwa fonem bersifat abstrak karena fonem itu hanyalah abstraksi dari alofon atau alofon-alofon lain. Dengan kata lain yang nyata dalam bahasa adalah alofon.
Bunyi vokal depan tinggi ada dua, yaitu vokal depan tinggi atas [i] dan vokal depan tinggi bawah [I]. begitu juga vokal belakang tinggi ada dua, yaitu vokal belakang tinggi atas  [u] dan vokal belakang tinggi bawah [U]. demikian juga vokal belakang sedang ada dua, yaitu vokal belakang sedang atas [o] dan vokal belakang sedang bawah [ﬤ].
Persoalan kita sekarang apakah bunyi vocal [i] dan vokal [I] dua buah fonem atau sebuah fonem. Kalau kita menggunakan cara dengan mencari pasangan minimal untuk kedua bunyi vokal itu dalam bahasa Indonesia ternyata sampai saat ini tidak ada. Yang menjadi kenyataan adalah bahwa kedua vokal itu, [i] dan [I], memiliki distribusi yang berbeda. Vokal [i] menempati posisi silabel (suku kata) terbuka, silabel yang tidak memiliki koda, sedangkan vokal [I] menempati silabel yang mempunyai koda. Simak :
Vokal [i] pada kata <i.ni> [ini], <ti.ti> [titi] dan <i.si> [isi]
Vokal [I] pada kata <benih> [bƏnIh], <ba.tik> [batik] dan <ta.sik> [tasIk]
Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa:
Vokal [i] dan [I] bukanlah merupakan dua buah fonem, melainkan cuma anggota dari sebuah fonem yang sama yaitu fonem /i/

4
Vokal [i] dan vokal [I] distribusinya tidak sama: vokal [i] berdistribusi pada silabel terbuka atau silabel tidak berkoda, sedangkan vokal [I] berdistribusi pada silabel tertutup atau silabel berkoda.
Vokal [i] dan vokal [I] memiliki distribusikomplemter, berdistribusi yang saling melengkapi.
Analog dengan kasusvokal [i] dan vokal [I], maka dapat dikatakan vokal [u] dan vokal [U] juga merupakan anggota dari satu fonem yang sama, yaitu fonem /u/, yang juga berdistribusi secara komplementer. Vokal [u] untuk silabel terbuka (tak berkoda), dan vokal [U] untuk silabel tertutup (bekoda). Perhatikan!
Vokal [u] pada kata <buku> [buku], <ibu> [ibu] dan <itu> [itu]
Vokal [U] pada kata <akur> [akUr], <libur> [libUr] dan <atur> [atUr]
Hal yang sama terjadi juga pada kasus vokal [o] dan vokal <ﬤ>. Dimana vokal [o] untuk silabel terbuka, seperti pada kata <toko> [toko]dan <bodo> [bodo], sedangkan vokal [ﬤ] untuk silabel tertutup seperti ,<tokoh> [tﬤkﬤh] dan <bodoh> [bﬤdﬤh].
Dari pembicaran tentang fonem dan alofon di atas, bisa dikatakn bahwa fonem merupakan konsep abstrak karena kehadirannya dalam ujaran dia diwakili oleh alofon yang sifatnya konkret, dapat diamati (didengar) secara empiris. Jadi, misalnya fonem /i/ pada kata <tani> diwakili oleh alofon [i], karena lafal kata itu adalah [tani], sedangkan pada kata <tarik> diwakili oleh alofon [I] karena lafalnya adalah [tarIk]. Contoh fonem /k/ pada kata <baku> diwakili oleh alofon [k] karena lafalnya adalah [baku], sedangkan pada kata <bapak> diawali oleh alofon [?] karena lafalnya [bapa?].
Dengan perkataan lain, fonem /i/ direalisasikan oleh alofon [i] dan alofon [I], fonem /u/ direalisasikan oleh alofon [u] dan alofon [U], sedangkan fonem /o/ direalisasikan oleh alofon [o] dan alofon [ﬤ].
Macam-macam Alofon
Alofon vocal

5
• Alofon fonem /a/, yaitu [a] jika terdapat pada semua posisi suku kata. Misalnya, [aku]à/aku, [sabtu]à/sabtu/
 • Alofon fonem /i/, yaitu [i] jika terdapat pada suku kata terbuka. Misalnya, [bibi]à /bibi/ [I] jika terdapat pada suku kata tertutup. Misalnya, [karIb]à /karib/ [Iy] palatalisasi jika diikuti oleh vokal [aou].à [kiyos]à /kios/ [ϊ] nasalisasi jika diikuti oleh nasal. [ϊndah]à /indah/
 • Alofon fonem /u/, yaitu [u] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka.Misalnya, [aku]à/aku/, [buka]à/buka/ [U] jika terdapat pada suku kata tertutup. Misalnya, [ampUn]à/ampun/, [kumpul]à/kumpul/ [uw] labialisasi jika diikuti oleh[I,e,a], [buwih]à/buih/, [kuwe]à/kue/
 • Alofon fonem /ε/, yaitu [e] jika terdapat pada suku kata terbuka dan tidak diikuti oleh suku kata yang mengandung alofon [ε]. Misalnya, [sore]à /sore/ [ε] jika terdapat pada tempat-tempat lain. Misalnya, [pεsta]à/pesta/ [¶] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka. [p¶ta]à/peta/ [¶] jika terdapat pada posisi suku kata tertutup. [sent¶r]à/senter/
 • Alofon fonem /o/, yaitu [o] jika terdapat pada suku kata akhir terbuka. Misalnya, [soto]à/soto/ [É] jika terdapat pada posisi lain. Misalnya, [jeblÉs]à/jeblos/

Alofon Konsonan • Fonem /c/ [c] bunyi lepas jika diikuti vocal. Misalnya, [cari]à/cari/, [cacing]à/cacing/

6
• Fonem /f/ [j] jika terdapat pada posisi sebelum dan sesudah vocal. Misalnya, [fakir]à/fakir/, [fitri]à/fitri/ • Fonem /g/ [g] bunyi lepas jika diikuti glottal. Misalnya, [gagah]à/gagah/, [gula]à/gula/ [k>] bunyi hambat-velar-tak bersuara dan lepas jika terdapat di akhir kata. Misalnya, [beduk>]à/bedug/,[gudek>]à/gudeg/ • Fonem /h/ [h] bunyi tak bersuara jika terdapat di awal dan akhir suku kata. Misalnya, [hasil]à/hasil, [hujan]à/hujan/ [H] jika berada di tengah kata. Misalnya, [taHu]à/tahu/, [laHan]à/lahan/ • Fonem /j/ [j] bunyi lepas jika diikuti vocal. Misalnya, [juga]à/juga/, [jadi]à/jadi/ • Fonem /k/ [k] bunyi lepas jika terdapat pada awal suku kata. Misalnya, [kala]à/kala/, [kelam]à/kelam/ [k>] bunyi tak lepas jika tedapat pada tengah kata dan diikuti konsonan lain. Misalnya, [pak>sa]à/paksa/, [sik>sa]à/siksa/ [?] bunyi hambat glottal jika terdapat pada akhir kata. Misalnya, [tida?]à/tidak/, [ana?]à/anak/ • Fonem /l/ [l] berada di awal dan akhir suku kata. Misalnya, [lama]à/lama/, [palsu]à/palsu/ • Fonem /m/ [m] berada di awal dan akhir suku kata. Misalnya, [masuk]à/masuk/, [makan]à/makan/ • Fonem /n/ [n] berada di awal dan akhir suku kata. Misalnya, [nakal]à/nakal/, [nasib]à/nasib/ [ň] berada di awal suku kata. Misalnya, [baňak]à/banyak/, [buňi]à/bunyi/ • Fonem /Ƞ/ [Ƞ] berada di awal dan akhir suku kata.

7
[Ƞarai]à/ngarai/, [paȠkal]à/pangkal/ • Fonem /p/ [p] bunyi konsonan hambat-bilabial-tak bersuara. Misalnya, [piker]à/piker/, [hapal]à/h  • Fonem /p/ [p] bunyi lepas jika diikuti vokal. Misalnya, [pipi]à/pipi/, [sapi]à/sapi/ [p>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup. Misalnya, [atap>]à/atap/, [balap>]à/balap/ [b] bunyi lepas jika diikuti oleh vocal. Misalnya, [babi]à/babi/, [babu]à/babu/ [p>] bunyi taklepas jika terdapat pada suku kata tertutup, namun berubah lagi menjadi [b] jika diikuti lagi vokal. Misalnya, [adap>]à/adab/, [jawap>]à/jawab/ • Fonem /r/ [r] berada di awal dan akhir suku kata, kadang-kadang bervariasi dengan bunyi getar uvular [R]. Misalnya, [raja] atau [Raja]à/raja/, [karya] atau [kaRya]à/karya/ • Fonem /š/ [š] umumnya terdapat di awal dan akhir kata. Misalnya, [šarat]à/syarat/, [araš]à/arasy/ • Fonem /t/ [t] bunyi lepas jika diikutu oleh vokal. Misalnya, [tanam]à/tanam/, [tusuk]à/tusuk/ [t>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup. Misalnya, [lompat>]à/lompat/,[sakit>]à/sakit/ [d] bunyi lepas jika diikuti vocal. Misalnya, [duta]à/duta/, [dadu]à/dadu/ [t>] bunyi hambat-dental-tak bersuara dan tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup atau pada akhir kata. Misalnya, [abat>]à/abad/,[murtat>]à/murtad/ • Fonem /w/ [w] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada akhir suku kata. Misalnya, [waktu]à/waktu/, [wujud]à/wujud/ • Fonem /x/ [x] berada di awal dan akhir suku kata. Misalnya, [xas]à/khas/, [xusus]à/khusus/



8
 • Fonem /y/ [y] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada akhir suku kata. Misalnya, [santay]à/santai/, [ramai]à/ramai/ • Fonem /z/ [z] [zat]à/zat/, [izin]-à/izin/





32 komentar:

  1. Widya Pratiwi 1610116120018 kelompok 1
    bagaimana cara membedakan Fonem setiap daerah yang hampir mirip fonemnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama:Patmawati dewi
      Nim:1610116120013
      Kelompok:06
      Saya perwakilan dari kelompok 6 ingin menjawab pertanyaan dari widya pratiwi pewakilan dari kelompok 1
      Cara Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem / bukan kita harus mencari sebuah satuan bahasa biasanya sebuah kata yang mengandung bunyi tersebut. Lalu membandingkannya dengan satuan bahasa yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka berarti bunyi tersebut adalah sebuah fonem karena dia bisa berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa. Contohnya: Misalnya dalam kata bahasa daerah./mandai//mandau/Kedua kata itu mirip benar. Masing-masing terdiri dari 6 buah bunyi yang pertama mempunyai bunyi /m/, /a/, /n/, /d/,/a/,dan /i/ yang kedua mempunyai bunyi /m/, /a/, /n/ ,/d/,/a/dan /u/.Jika kita bandingkan:/m/ /a/ /n/ /d/ /a/ /i//m/ /a/ /n/ /d/ /a/ /u/Ternyata perbedaannya hanya pada bunyi yang terakhir yaitu bunyi /i/ dan /u/ kesimpulannya bahwa bunyi /i/ dan /u/ adalah dua buah fonem yang berbeda didalam bahasa daerah.

      Hapus
  2. Nama : Nadhia Clara Febryanti
    NiM. : 1610116120010
    kelompok : 5 (lima)

    Mengapa setiap fonem memiliki alofon ? dan akibat distribusi apa akan terjadi perubahan bunyi yang disebut aspirasi ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Nama saya Nia Riski dengan NIM 1610116220012 dari kelompok 6 akan menjawab pertanyaan dari saudari Nadhia Clara.

      Dalam fonemik terdapat istilah fonem, alofon, dan bunyi bahasa. Berikut penjelasannya. Fonem, dalam bahasa Jepang disebut onso (音素) adalah satuan bunyi terkecil berwujud abstrak dengan ciri pembeda fonetis tertentu yang berfungsi membedakan makna dalam bahasa lisan, dan merupakan kristalisasi dari beberapa bunyi konkrit sebagai alofon dalam tata bunyi suatu bahasa. Jadi, bunyi konkrit alami disebut alofon dan fonem adalah satuan bunyi yang diciptakan ahli sehingga berwujud abstrak, karena keberadaan fonem ada di dalam benak pikiran penutur dan di dalam masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu, fonem sering dikatakan memiliki satu atau beberapa alofon, atau kebalikannya, satu atau beberapa alofon membentuk fonem. Jika meminjam konsep induk dan anak, maka fonem adalah induknya dan alofon adalah anaknya.
      Aspirasi Merupakan pengucapan suatu bunyi yang disertai dengan hembusan keluarnya udara dengan keras, sehingga keluar bunyi {h}. • Lepas Tajam: pelepasan artikulasi sec. tajam atau penuh. • Lepas Nasal: adanya pelepasan bunyi nasal di depannya. • Lepas Sampingan: terjadi ketika adanya bunyi sampingan di depannya.

      Hapus
  3. Nama: Nur Aisyah
    Nim: 1610116120011
    Perwakilan kelompok 3

    Apa yang dimaksud dengan pendistribusian alofon?dan tolong jelaskan dari mana kita dapat mengetahui sebuah bunyi fonem atau bukan dari pasangan minimal?
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama:patmawati dewi
      Nim:1610116120013
      Kelompok:06

      Saya perwakilan dari kelompok 6 ingin menjawab pertannyaan dari aisyah perwakilan kelompok 3

      Pendistribusian alofon terbagi menjadi duayakni bersifat komplementer dan bersifat bebas.
      Yang dimaksud dengan distribusi komplementer adalah distribusi yang tempatnya tidak ditukarkan, jika ditukarkan juga tidak menimbulkan perbedaan makna.
      Yang dimaksud bersifat pendistribusian bebas adalah alofon-alofon itu dapat digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu.
      Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem / bukan kita harus mencari sebuah satuan bahasa biasanya sebuah kata yang mengandung bunyi tersebut. Lalu membandingkannya dengan satuan bahasa yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka berarti bunyi tersebut adalah sebuah fonem karena dia bisa berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa itu. Jadi untuk membuktikan sebuah fonem atau bukan harus mencari pasangan minimalnya. Kendalanya kadang-kadang pasangan minimal ini tidak mempunyai jumlah bunyi yang persis sama, misalnya “muda” dengan “mudah”. Ini merupakan pasangan minimal sebab tiadanya bunyi /h/ pada kata pertama dan adanya bunyi /h/ pada kata kedua menyebabkan kedua kat aitu berbeda-beda makna. Jadi bunyi /h/ adalah sebuah fonem.
      “Teras” dengan “Teras”

      Hapus
  4. Nama:Febrianie(1610116120005)
    Perwakilan kelompok 4

    Fonem terbagi menjadi berapa? Sebutkan dan jelaskan contohnya!.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama saya Uswatun Hasanah (1610116220026) dari kelompok 6 akan menjawab pertanyaan dari saudari febrianie

      1. fonem dibagi menjadi 4 yaitu : vokal, konsonan, diftong dan kluster.

      a. vokal = bunyi bahasa, arus udara tidak mengalami halangan.
      contoh vokal /a/ dan /i/ = api = termasuk vokal rendah, diucapkan dengan lidah mendatar.

      b. konsonan = bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalami hambatan saat keluar dari paru-paru dengan artikulasi tertentu.
      contoh : /batu/ /batu, /besar/ besar = pelafalannya bibir bawah dan atas rapat, udara dari paru-paru tertahan sebelum kerapatan dilepaskan.

      c. diftong = vokal rangkap (berubah kualitasnya).
      contoh : /au/ = harimau, suku kata mau tidak bisa dipisah menjadi ma-u tapi harus dibaca ma-uw = itu disebut diftong.

      d. kluster = gugus konsonan.
      contoh = /ps/ = psikologi = biasanya gugus konsonan dapat dari serapan bahasa inggris.

      Hapus
  5. Assalamu'alaikum.wr.wb
    Nama : Muhammad Malik Amrullah
    NIM: 1610116210008
    Dari kelompok 8
    Pertanyaan : salah satu caru menentukan fonem - fonem suatu bahasa adalah dengan cara penafsiran ekafonem dan penafsiran dwifonem,apa yang dimaksud dengan penafsiran ekafonem dan penafsiran dwifonem ?
    Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama saya Uswatun Hasanah (1610116220026) dari kelompok 6 akan menjawab pertanyaan dari Malik Amrullah

      Kedua macam penafsiran dalam fonologi masing-masing disebut “penafsiran ekafonem” (monophonematic interpretation) dan “penafsiran dwifonem” (biphonematic interpretation). Contohnya kesukaran oposisi antara /ʒ/ dan /dʒ/ jarang sekali kita jumpai: yang terakhir terbukti dengan pasangan leisure /leʒə/ dan ledger /ledʒr/. Jadi beban fungsionil dari oposisi /d/-/ʒ/ begitu rendah, sehingga kesimpulannya boleh dirumuskan, dengan data-data sampai sekarang. Sebaliknya bila penafsiran ekafonem diberikan kepada /dʒ/, analogi dengan /tʃ/ menarik perhatian. Dalam hal /tʃ/ pasti penafsiran dwifonemlah yang paling tepat, karena beban fungsionil dari oposisi /t/ – /ʃ/ tinggi sekali dan /ʃ/ sendiri sering kita jumpai.
      Contoh : kasa dan kassa, menyalak berdasarkan ekafonem maka menyalak jika dipisahkan menjadi men-yalak,akan tetapi berdasarkan dwifonem menjadi me-nyalak karena dari kata dasar salak mendapat imbuan me

      Hapus
  6. Nama: Ainun Purnama Laili
    NIM: 1610116120003
    Perwakilan Kelompok 2

    Apakah ada cara lain untuk mengetahui bahwa sebuah bunyi adalah fonem atau bukan selain dengan mencari pasangan minimalnya? Jelaskan jika ada.
    Terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Nama:siti Zahra
      Nim:1610116120016
      Kelompok:06
      Saya perwakilan dari kelompok 6 ingin menjawab pertannyaan dari ainun
      1.Cara Penafsiran ekafonem dan penafsiran dwifonem
      Adakalanya dalam menggolongkan bunyi tertentu yang kita analisis secara fonetis ke dalam fonem tertentu, dapat kita hadapi kesulitan khusus misalnya apakah harus kita tafsirkan bunyi (dengan) bridge pada kata Inggris bridge sebagai satu fonem (afrikat) atau dua fonem (masing-masing letupan dan frikatif). Kedua macam penafsiran dalam fonologi masing-masing disebut penafsiran ekafonem (monophonematic interpretation) dan penafsiran dwifonem (biphonematic interpretation). Jika kita andaikan bunyi /d/ harus ditafsirkan sebagai satu fonem. Sebaliknya bila penafsiran ekafonem diberikan kepada /dj/ ada lagi dengan /tf/ menarik perhatian. Dalam hal /tf/ dwifonemlah yang paling tepat karena beban fungsionalnya dari oposisi /t/, /i/ tinggi sekali Y share / tear = ship / tip = fish / fit / f/ tersendiri juga amat sering kita jumpai. Bila /tf/ harus ditafsirkan sebagai dua fonem.
      2. Dengan memperhatikan variasi alofonemis
      Alofon adalah wujud sama seperti variasi bunyi.
      Contoh bunyi /i/ punya variasi /i/ dan /I/
      Alofon = variasi fonem.
      Fonem merupakan suatu wujud yang agak abstrak karena secara konkrit kita selalu mengucapkan salah satu anggota dari fonem yang bersangkutan.
      Kedua kemungkinan tadi tidak menghabiskan semua variasi diantara “anggota” tadi, missal pada kata butter bunyi /t/ itu diucapkan dengan letupan samping. Lain lagi bunyi /t/ sesudah bunyi /b/.
      Alofon = salah satu wujud konkrit mengucapkan sesuatu fonem bahwa diantara alofon-alofon dari satu fonem kita tidak bisa mengucapkan salah satu semau-maunya. Yang mana diantara alofon yang harus dipakai tergantung dari bunyi apa yang berdekatan pada fonem. Jadi alofon yang mana dipilih ditentukan oleh lingkungan (environment) alofon tersebut.
      Variasi alofonemis termasuk fonologi karena menyangkut kemungkinan konkrit terwujudnya pengucapan dari sesuatu fonem.

      Hapus
  7. Assalamualaikum Wr. Wb.

    Nama : OKTAVIAN OGGIE PANGESTU
    NIM : 1610116210017
    Perwakilan Kelompok 7


    Apakah Yang Dimaksud Dengan Koda?


    berikan terapannya.

    Terima Kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Nama: Rizky Aulianor
      Nim :1610116220023
      Dari kelompok 6 akan menjawab pertanyaan dari saudara Oktavian ogi pangestu
      koda suku yaitu bunyi konsonan yang terletak dibelakang bunyi vocal.

      Hapus
  8. Assalamualaikum. Wr. Wb
    Nama : Muhamad Rahmad Dani
    Nim : 1610116110020
    Saya perwakilan kelompok 5. Pendistribusian alofon terbagi menjadi duayakni bersifat komplementer dan bersifat bebas. Yang dimaksud bersifat pendistribusian bebas adalah alofon-alofon itu dapat digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu. Nah yang ingin saya tanyakan apa saja persyaratan lingkungan bunyi tertentu tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama: Rizky Aulianor
      Nim :1610116220023
      Dari kelompok 6 akan menjawab pertanyaan dari saudara M.Rahmad dani
      Lingkungan bunyi tertentu tersebut adalah seperti pelafalan fonem /e/ dalam bahasa indonesia memiliki alofon-alofon [e] dan [ε] dimana dapat dikatakan bahwa [e] dan [ε] adalah variasi bebas

      Hapus
  9. Assalamualaikum wr wb
    Nama : Nadila
    Nim : 1610116220009

    Mengenai Identifikasi fonem dan alofon yang kalian sajikan.
    Mengapa identifikasi fonem hanya berlaku dalam satu bahasa tertentu saja? Dan
    Fonem dari sebuah bahasa ada yang mempunyai beban fungsional tinggi dan rendah. Tolong jelaskan dan berikan contoh.

    Terimakasih..

    Wassalam..

    BalasHapus
    Balasan
    1. nama saya Nia Riski (1610116220012) dari kelompok 6 akan menjawab pertanyaan dari saudari Nadila

      Identitas sebuah fonem hanya berlaku dalam satu bahasa tertentu saja,karena kita harus mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata yang mengandung bunyi, lalu membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama, untuk mengetahui sebuah fonem. Jika kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka berarti bunyi tersebut adalah fonem. Misal kata Indonesia [laba] dan [raba], mempunyai perbedaan pada bunyi yang pertama, yaitu [l] dan bunyi [r]. bunyi [l] dan bunyi [r] adalah dua buah fonem yang berbeda di dalam bahasa Indonesia. misalnya dalam bahasa Mandarin (Cina ada fonem /t/ dan fonem /th/ dan /thin/ yang artinya mendengar. Demikian juga dalam bahasa Inggris. Contoh fonem /k/ dan /g/ seperti pada pasangan minimal /back/ dengan /bag/, /beck/ dengan /beg/, /bicker/ dengan /bigger/, /got/ dengan /get/.
      Dalam bahasa Inggris beban fungsional fonem /L/ dengna /r/ juga tampaknya tinggi, sebab banyak pasangan minimal kita dapati seperti /lawan/ dengan /rawan/, /bala/ dengan /bara/, /para/ dengan /pala/, /sangkal/ dengan /sangkar/, /bantal/ dengan /bantar/. Sebaliknya oposisi /k/ dan /?/ barangkali hanya pada /sakat/ dengan /sa’at/. Jadi beban fungsionalnya rendah.

      Hapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. Nama saya Sania Paradila 1610116120015

    pertanyaan: Mengapa fonem itu dapat dikatakan bersifat abstrak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Nama : Monalisa
      NIM : 1610116220007
      Kelompok : 6
      Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Sania Paradila

      Karena fonem itu bukan berupa tulisan melainkan bunyi huruf sehingga fonem itu bersifat abstrak. Yang mana abstrak itu adalah sesuatu yang tak terlihat yaitu seperti bunyi.

      Hapus
  13. Asalamualaikum
    Nama:khoifatul islamiyah
    Nim:1610116220005
    Kelompok :3
    Apa yang di makhsud pasangan minimal? Seperti apakah contoh dari pasangan minimal tersebut jika fonem di dalam bahasa indonesia antara lai. ( b, f, k, z,f) tolong buktikan bahwa bunyi bunyi tersebut adalah fonem dengan cara menggunakan pasangan minimal?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama saya Nia Riski (1610116220012) akan menjawab pertanyaan dari saudari Khoifatul Islamiyah

      pasangan minimal adalah pasang kata atau frase dalam bahasa tertentu, yang berbeda hanya dalam satu elemen fonologi, seperti fonem, toneme atau chroneme [1] dan memiliki arti yang berbeda.
      pasangan minimal adalah seperangkat kata-kata yang memiliki jumlah yang sama dari fonem, jenis fonem juga sama, kecuali untuk fonem yang berbeda dalam urutan yang sama, sedangkan arti yang berbeda.
      contoh dari pasangan minimal tersebut jika fonem di dalam bahasa indonesia antara lai. (b, f, k, z) dan buktinya memakai pasangan minimal
      Fonem B = B a t a dengan D a t a
      Fonem F = F o n e t I k dengan F o n e m i k
      Fonem K = K a k i dengan K a l i
      Fonem Z = Z i k i r dengan K i k i r

      Dari contoh diatas sudah terbukti bahwa kata yang memiliki jumlah yang sama dari fonem, jenis fonem juga sama, kecuali untuk fonem B, F, K, dan Z yang berbeda dalam urutan yang sama, sedangkan arti yang berbeda.

      Hapus
  14. Asalamualaikum
    Nama:khoifatul islamiyah
    Nim:1610116220005
    Kelompok :3
    Apa yang di makhsud pasangan minimal? Seperti apakah contoh dari pasangan minimal tersebut jika fonem di dalam bahasa indonesia antara lai. ( b, f, k, z,f) tolong buktikan bahwa bunyi bunyi tersebut adalah fonem dengan cara menggunakan pasangan minimal?

    BalasHapus
  15. Assalamualaikum wr wb
    Nama : Rina Rahmawati
    NIM : 1610116220021

    Perwakilan dari kelompok 2, seperti yang kalian sebutkan bagaimana kita mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan fonem terdapat banyak cara dan prosedur telah dikemukakan berbagai pakar, yang saya tanyakan adalah sebutkan nama-nama pakar berserta cara dan prosedurnya dalam menentukan bunyi adalah fonem atau bukan fonem dari masing-masing pakar tersebut.
    Terimakasih

    BalasHapus
  16. Nama : Monalisa
    NIM : 1610116220007
    Kelompok 6

    Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Rina Rahmawati


    1. Abdul Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata yaitu dengan cara mencari pasangan minimal. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r].Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.

    2. Kenneth L. Pike mengatakan, “ a phoneme is one of the significant units of souds, or a contranstive sound unit”
    bagaimana cara mengetahui bahwa kesatuan bunyi terkecil tersebut berfungsi sebagai pembeda makna? Cara yang bisa ditempuh adalah melakukan pembuktian secara empiris, yaitu dengan membandingkan bentuk-bentuk linguistik bahasa yang diteliti.

    3. Menurut Verhaar fonologi dipandangnya sebagai satu cabang ilmu yang menyelidiki tentang “perbedaan minimal / minimal differences / pasangan minimal” antara ujaran-ujaran. Selanjutnya Verhaar ( 1984:36) menjelaskan pula bahwa, “Pasangan minimal adalah seperangkat kata yang sama, kecuali dalam satu bunyi”. Pakar lainnya menyebut pasangan minimal ini dengan istilah “kata berkontras”, yaitu dua kata mirip yang memiliki satu bunyi yang berbeda dan menghasilkan makna yang berbeda pula. Bunyi yang berfungsi membedakan makna ini disebut “fonem” dan bunyi yang tidak berfungsi sebagai pembeda makna dinamai “fon”.

    Untuk membuktikan apakah sebuah bunyi bahasa tergolong fonem atau fon, terlebih dahulu harus dicari pasangan minimalnya.

    Contoh pasangan minimal:

    1. Paku dan baku
    2. Lupa dan rupa
    3. putra dan putri

    BalasHapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus